PERKEMBANGAN PENGARUH BARAT DAN MASA PENDUDUKAN JEPANG DI
INDONESIA
A.
BERKEMBANGNYA KOLONIALISME DAN IMPERIALISME BARAT DI
INDONESIA
1.
VOC
VOC merupakan kongsi dagang Belanda
yang mempunyai wilayah di Hindia Timur. Pengurusnya terdiri dari 6 orang yang
disebut “Bewindhebbers der VOC”, ditambah 17 orang pengurus harian yang
disebut Heeren XVII. VOC juga memiliki hak khusus yang diberikan
parlemen Belanda:
-
Membuat perjanjian
dengan raja-raja setempat
-
Menyatakan perang dan
perdamaian
-
Membuat senjata &
benteng
-
Mencetak uang
-
Mengangkat &
memberhentikan pegawai
-
Mengadili perkara
Pada tahun 1609, Pieter Both
ditugaskan sebagai Gubernur Jendral VOC di Ambon. Misi utamanya adalah untuk
memimpin VOC menghadapi persaingan dengan pedagang Eropa. Ketika Jan Pietersoon
Coen diangkat sebagai gubernur jenderal, pusat kekuasaan dipindahkan ke
Jayakarta. Selain melakukan monopoli, VOC juga menjalankan sistem pemerintahan
tidak langsung (indirect rule). Tidak berlangsung lama, VOC akhirnya dibubarkan
pada tanggal 31 Desember 1799. dengan factor-faktor berikut:
-
Banyak pegawai VOC
korupsi karena gajinya rendah
-
VOC tidak mampu
bersaing dengan inggris (EIC) dan Perancis (FIC)
-
Walaupun rugi,
pemegang saham tetap diberi dividen
-
Perang Belanda
melawan Inggris
-
Jatuhnya kongsi
dagang VOC di India & adanya kebebasan pelayaran Inggris ke Indonesia
2. Penjajahan Prancis-Belanda
Di Eropa sedang dalam suasana Perang
Koalisi satu (1792-1797). Belandapun kalah sehingga membuat rajanya,
Willem V, meminta perlindungan dari Inggris. Napoleon Bonaparte, pemimpin
Prancis kemudian menempatkan Louis Napoleon untuk memimpin Belanda. Louis
kemudian mengangkat Herman Willem Daendels sebagai Gubernur Jendral Hindia
Belanda sejak 1808. Tugas utamanya adalah untuk mempertahankan Jawa dari
serangan Inggris. Pada masa pemerintahannya, Daendels banyak mengeluarkan
kebijakan kebijakan yang condong kepada kediktatoran. Contohnya, pembangunan
jalan Raya Pos (Groete Postweg) antara Anyer-Panarukan. Pembangunan jalan raya
itu melibatkan banyak tenaga dengan system rodi.
Kekuasaan sewenang-wenang yang
diterapkan Daendels membuatnya ditarik kembali agar citra Hindia Belanda tidak
bertambah buruk. Tetapi penarikan Daendels membuat dampak buruk. Belandapun berhasil
dikuasai Inggris. Dengan demikian berakhirlah penjajahan Prancis-Belanda dengan
ditandai oleh Kapitulasi Tuntang.
3. Penjajahan Inggris
Tahun 1811-1816, Indonesia
berada di bawah kekuasaan Inggris. Thomas Stamford Raffles diangkat sebagai
wakil gubernur di Jawa dan bawahannya. Tujuan utama pemerintahan Raffles adalah
meningkatkan kesejahteraan rakyat. Salah satu tindakannya yang popular adalah
mencetuskan system sewa tanah (landrent). Hal tersebut tidak membebani rakyat,
namun kondisi di Eropa membuat Thomas Stamford Raffles harus mengakhiri masa
jabatannya di Indonesia. Perang koalisi berakhir dengan kekalahan Prancis.
Negara-negara yang menjadi lawan Prancis mengambil keputusan bahwa sebagai
benteng untuk menghadapi Prancis, Belanda harus kuat. Maka dari itu, dalam
Traktat London tahun 1824, ditetapkan bahwa Indonesia dikembalikan kepada
Belanda.
4. Hindia Belanda
Untuk menangani berbagai persoalan di
Indonesia yang baru saja dikembalikan ke Inggris, pemerintah belanda
mengirimkan sebuah komisi. Komisi tersebut terdiri dari Cornelis Th.Elout sebagai
ketua, dan A.A. Buyskes dan van der Capellen sebagai anggota.
Setelah komisi dibubarkan, van der Capellen diangkat sebagai gubernur jenderal.
Dia melaksanakan pola konservatif, dalam arti menerapkan kebijakan monopoli
seperti VOC:
a. Masa Tanam Paksa
Ketika van den Bosch menjabat sebagai
gubernur jenderal, pada tahun 1830 dia menciptakan peraturan baru yang bernama tanam
paksa / cultuur stelsel. Tujuannya untuk mendapatkan untung guna menutup defisit keuangan negri
Belanda. Kemudian, latar belakang dilakukannya Tanam paksa adalah:
-
Defisit anggaran
belanja negri belanda akibat Perang kemerdekaan Belgia dan perang diponegoro
-
Keadaan di Jawa yang
tidak menguntungkan saat itu
-
Perdagangan dan
perusahaan belanda mengalami kemunduran
Pokok-pokok
ketentuan Tanam paksa:
-
Penduduk wajib
menanami 1/5 tanahnya dengan tanaman yang ditentukan pemerintah
-
Tanah tersebut
dibebaskan dari pajak
-
Tanah tersebut
dikerjakan selama 1/5 tahun
-
Risiko penanaman ada
pada pemerintah
-
Hasil tanaman yang
diwajibkan harus diangkat sendiri ke pabrik dan mendapat ganti rugi
-
Kelebihan hasil panen
akan diganti oleh pemerintah
-
Waktu yang digunakan
untuk menanam tanaman wajib tidak melebihi waktu menanam padi
Penyimpangan Tanam
Paksa:
-
Tanah yang ditanami
lebih dari 1/5 lahan
-
Tanah yang ditanami
tanaman wajib masih terkena pajak
-
Banyak petugas
yang curang, berusaha mendapatkan hasil sebanyak-banyaknya
-
Tanah yang ditanami
tanaman wajib cenderung memilih tanah yang subur
Akibat penyimpangan:
1.
Bagi Bangsa Indonesia
-
Menimbulkan
kesengsaraan
-
Pemerintahan Belanda
memberikan sanksi kepada petani yang meninggalkan tanahnya sehingga makin
sengsara
2. Bagi Belanda
-
Memperoleh keuntungan
yang sangat besar
-
Timbul penentangan
tanam paksa yang dicetuskan oleh golongan liberal dan golongan etis
b. Politik Liberal (pintu terbuka)
Golongan liberal berhasil menguasai
parlemen sehingga mereka mempunyai peluang untuk menciptakan undang-undang
dasar guna membatasi kekuasaan raja. Pada tahun 1870 keluar undang-undang de
Waal:
1. Undang-undang Gula yang
menyebutkan bahwa penanaman tebu harus dilakukan oleh pengusaha swasta, tidak
dengan system tanam paksa
2. Undang-undang Agraria, isinya
menerangkan bahwa gubernur jenderal dan rakyat dilarang menjual tanah kepada
orang asing, tetapi dapat menyewakannya selama 75 tahun
Ini merupakan awal yang baik walaupun
dalam kenyataannya semuanya untuk kepentingan Pemerintahan Hindia Belanda.
c. Politik Etis
Politik etis
(politik balas budi) muncul pada tahun 1890 atas desakan golongan liberal dalam
parlemen Belanda. Mereka yang berhaluan progresif tersebut memberikan usulan
agar pemerintah Belanda memberikan perhatian kepada masyarakat Indonesia yang
telah bersusah payah mengisi keuangan negara Belanda melalui program tanam
paksa. Desakan
ini muncul dari pemikiran bahwa negeri Belanda telah berutang banyak atas kekayaan bangsa Indonesia yang dinikmati oleh masyarakat Belanda.
ini muncul dari pemikiran bahwa negeri Belanda telah berutang banyak atas kekayaan bangsa Indonesia yang dinikmati oleh masyarakat Belanda.
Isi poitik etis menurut Van
Deventer, ada tiga cara atau disebut juga trilogi van deventer
untuk memperbaiki nasib rakyat tersebut yang isinya sebagai berikut:
1.
Pendidikan (edukasi) nama-nama
sekolah untuk anak-anak Eropa dan anak kaum pribumi adalah sebagai berikut.
a. HIS (Hollandsch Indlandsche School) setingkat SD
b. MULO (Meer Uitgebreid Lagare Onderwijs) setingkat SMP
c. AMS (Algemeene Middlebare School) setingkat SMU
d. Kweek School (Sekolah Guru) untuk kaum bumi putra
e. Technical Hoges School (Sekolah Tinggi Teknik) di Bandung. Pada 1902, didirikan sekolah pertanian di Bogor (sekarang IPB).
a. HIS (Hollandsch Indlandsche School) setingkat SD
b. MULO (Meer Uitgebreid Lagare Onderwijs) setingkat SMP
c. AMS (Algemeene Middlebare School) setingkat SMU
d. Kweek School (Sekolah Guru) untuk kaum bumi putra
e. Technical Hoges School (Sekolah Tinggi Teknik) di Bandung. Pada 1902, didirikan sekolah pertanian di Bogor (sekarang IPB).
2.
Irigasi (Pengairan)
Sarana vital bagi
pertanian adalah pengairan dan oleh pihak pemerintah telah dibangun sejak 1885.
Bangunan-bangunan irigasi Berantas dan Demak seluas 96.000 bau, pada 1902
menjadi 173.000 bau. Dengan irigasi tanah pertanian akan menjadi subur dan
produksinya bertambah.
3.
Transmigrasi (Perpindahan
Penduduk)
Dengan transmigrasi
tanah-tanah di luar Jawa yang belum diolah menjadi lahan perkebunan, akan dapat
diolah untuk menambah penghasilan. Selain itu juga untuk mengurangi kepadatan
penduduk Jawa. Pada 1865 jumlah penduduk Jawa dan Madura 14 juta. Pada 1900
telah berubah menjadi dua kali lipat. Pada awal abad ke-19 terjadi migrasi
penduduk dari Jawa Tengah ke Jawa Timur sehubungan dengan adanya perluasan
perkebunan tebu dan tembakau, migrasi penduduk dari Jawa ke Sumatra Utara
karena adanya permintaan besar akan tenaga kerja perkebunan di Sumatra Utara,
terutama ke Deli, sedangkan ke Lampung mempunyai tujuan untuk menetap.
B.
PERUBAHAN POLITIK , EKONOMI, SOSIAL, DAN BUDAYA AKIBAT KOLONIALISME
DAN IMPERIALISME DI INDONESIA
Masuknya kekuasaan bangsa Asing di
Indonesia telah menyebabkan perubahan tatanan politik, sosial, ekonomi dan budaya
bagi bangsa Indonesia sebagai berikut:
a. Politik
Baik Daendels maupun Raffles telah meletakkan dasar pemerintahan modern. Para Bupati dijadikan pegawai negeri dan diberi gaji, padahal menurut adat, kedudukan bupati adalah turun temurun dan mendapat upeti dari rakyat. Bupati telah menjadi alat kekuasaan pemerintah kolonial. Belanda dan Inggris juga melakukan intervensi terhadap persoalan kerajaan, misalnya soal pergantian tahta kerajaan sehingga imperialis mendominasi politik di Indonesia. Akibatnya peranan elite kerajaan berkurang dalam bidang politik, bahkan kekuasaan pribumi mulai runtuh.
b. Sosial Ekonomi
Eksploitasi ekonomi yang dilakukan bangsa Barat membawa berbagai dampak bagi bangsa Indonesia. Munculnya monopoli dagang VOC menyebabkan mundurnya perdagangan nusantara di panggung perdagangan internasional. Peranan syahbandar digantikan oleh para pejabat Belanda.Kebijakan tanam paksa sampai sistem ekonomi liberal menjadikan Indonesia sebagai penghasil bahan mentah. Eksportirnya dilakukan oleh bangsa Belanda, pedagang perantara dipegang oleh orang timur asing terutama bangsa Cina dan bangsa Indoensia hanya menjadi pengecer, sehingga tidak memiliki jiwa wiraswasta jenis tanaman baru serta cara memeliharanya.
c. Budaya
- Tindakan pemerintah Belanda untuk menghapus kedudukan menurut adat penguasa pribumi dan menjadikan mereka pegawai pemerintah, merutuhkan kewibawaan tradisional penguasa pribumi.
- Upacara dan tatacara yang berlaku di istana kerajaan juga disederhanakan dengan demikian ikatan tradisi dalam kehidupan pribumi menjadi lemah.
- Dengan merosotnya peranan politik maka para elit politik baik raja maupun bangsawan mengalihkan perhatiannya ke bidang senibudaya. Contoh Paku Buwono V memerintahkan penulisan serat Centhini, R.Ng Ronggo Warsito manyusun Kitab Pustakaraya Purwa, Mangkunegara IV menyusun kitab Wedatama dan lain-lain.
Baik Daendels maupun Raffles telah meletakkan dasar pemerintahan modern. Para Bupati dijadikan pegawai negeri dan diberi gaji, padahal menurut adat, kedudukan bupati adalah turun temurun dan mendapat upeti dari rakyat. Bupati telah menjadi alat kekuasaan pemerintah kolonial. Belanda dan Inggris juga melakukan intervensi terhadap persoalan kerajaan, misalnya soal pergantian tahta kerajaan sehingga imperialis mendominasi politik di Indonesia. Akibatnya peranan elite kerajaan berkurang dalam bidang politik, bahkan kekuasaan pribumi mulai runtuh.
b. Sosial Ekonomi
Eksploitasi ekonomi yang dilakukan bangsa Barat membawa berbagai dampak bagi bangsa Indonesia. Munculnya monopoli dagang VOC menyebabkan mundurnya perdagangan nusantara di panggung perdagangan internasional. Peranan syahbandar digantikan oleh para pejabat Belanda.Kebijakan tanam paksa sampai sistem ekonomi liberal menjadikan Indonesia sebagai penghasil bahan mentah. Eksportirnya dilakukan oleh bangsa Belanda, pedagang perantara dipegang oleh orang timur asing terutama bangsa Cina dan bangsa Indoensia hanya menjadi pengecer, sehingga tidak memiliki jiwa wiraswasta jenis tanaman baru serta cara memeliharanya.
c. Budaya
- Tindakan pemerintah Belanda untuk menghapus kedudukan menurut adat penguasa pribumi dan menjadikan mereka pegawai pemerintah, merutuhkan kewibawaan tradisional penguasa pribumi.
- Upacara dan tatacara yang berlaku di istana kerajaan juga disederhanakan dengan demikian ikatan tradisi dalam kehidupan pribumi menjadi lemah.
- Dengan merosotnya peranan politik maka para elit politik baik raja maupun bangsawan mengalihkan perhatiannya ke bidang senibudaya. Contoh Paku Buwono V memerintahkan penulisan serat Centhini, R.Ng Ronggo Warsito manyusun Kitab Pustakaraya Purwa, Mangkunegara IV menyusun kitab Wedatama dan lain-lain.
C.
PERLAWANAN DI BERBAGAI
DAERAH DALAM MENENTANG DOMINASI ASING
Perlawanan Rakyat Maluku
Upaya rakyat Ternate yang dipimpin Sultan Hairun maupun Sultan Baabulah (1575), sejak kedatangan bangsa Portugis pada 1512 tidak berhasil, penyebabnya adalah tidak ada kerja sama antara kerajaan Ternate, Tidore, dan Nuku. Kekuatan Portugis hanya dapat diusir oleh kekuatan bangsa Belanda yang lebih kuat.
Upaya rakyat Ternate yang dipimpin Sultan Hairun maupun Sultan Baabulah (1575), sejak kedatangan bangsa Portugis pada 1512 tidak berhasil, penyebabnya adalah tidak ada kerja sama antara kerajaan Ternate, Tidore, dan Nuku. Kekuatan Portugis hanya dapat diusir oleh kekuatan bangsa Belanda yang lebih kuat.
Pelawanan Rakyat Mataram
Sultan Agung yang memiliki cita – cita mempersatukan pulau Jawa, berusaha mengalahkan VOC di Batavia. Penyerangan yang dilakukan pada 1628 & 1629 mengalami kegagalan, karena selain persiapan pasukannya yang belum matang, juga tidak mampu membuat blok perlawanan bersama kerajaan lainnya.
Sultan Agung yang memiliki cita – cita mempersatukan pulau Jawa, berusaha mengalahkan VOC di Batavia. Penyerangan yang dilakukan pada 1628 & 1629 mengalami kegagalan, karena selain persiapan pasukannya yang belum matang, juga tidak mampu membuat blok perlawanan bersama kerajaan lainnya.
Perlawanan Rakyat Makasar
Konflik antara Sultan Hasanuddin dari Makasar dan Arupalaka dari Bone, memberi jalan bagi Belanda untuk menguasai kerajaan – kerajaan Sulawesi tersebut. Untuk memperkuat kedudukannya di Sulawesi, Sultan Hasanuddin menduduki Sumbawa, sehingga jalur perdagangan Nusantara bagian timur dapat dikuasai. Hal ini dianggap oleh Belanda sebagai penghalang dalam perdagangan. Pertempuran antara Sultan Hasnuddin dengan Belanda yang dipimpin Cornelis Speelman selalu dapat dihalau pasukan Sultan Hasanuddin. Lalu Belanda meminta bantuan Arupalaka yang menyebabkan Makasar jatuh ke tangan Belanda, dan Sultan Hasanuddin harus menandatangani perjanjian Bongaya pada 1667, yang berisi :
a. Sultan Hasanuddin harus memberikan kebebasan kepada VOC berdagang di Makasar dan Maluku.
b. VOC memegang monopoli perdagangan di Indonesia bagian timur, dengan pusat Makasar.
c. Wilayah kerajaan Bone yang diserang dan diduduki Sultan Hasanuddin dikembalikan kepada Arupalaka, dan dia diangkat menjadi Raja Bone.
Konflik antara Sultan Hasanuddin dari Makasar dan Arupalaka dari Bone, memberi jalan bagi Belanda untuk menguasai kerajaan – kerajaan Sulawesi tersebut. Untuk memperkuat kedudukannya di Sulawesi, Sultan Hasanuddin menduduki Sumbawa, sehingga jalur perdagangan Nusantara bagian timur dapat dikuasai. Hal ini dianggap oleh Belanda sebagai penghalang dalam perdagangan. Pertempuran antara Sultan Hasnuddin dengan Belanda yang dipimpin Cornelis Speelman selalu dapat dihalau pasukan Sultan Hasanuddin. Lalu Belanda meminta bantuan Arupalaka yang menyebabkan Makasar jatuh ke tangan Belanda, dan Sultan Hasanuddin harus menandatangani perjanjian Bongaya pada 1667, yang berisi :
a. Sultan Hasanuddin harus memberikan kebebasan kepada VOC berdagang di Makasar dan Maluku.
b. VOC memegang monopoli perdagangan di Indonesia bagian timur, dengan pusat Makasar.
c. Wilayah kerajaan Bone yang diserang dan diduduki Sultan Hasanuddin dikembalikan kepada Arupalaka, dan dia diangkat menjadi Raja Bone.
Perlawanan Rakyat Banten
Setelah Sultan Ageng Tirtayasa mengangkat putranya yang bergelar Sultan Haji sebagai Sultan Banten, Belanda ikut campur dalam urusan Banten dengan mendekati Sultan Haji. Sultan Agung yang sangat anti VOC, segera menarik kembali tahta putranya. Putranya yang tidak terima, segera meminta bantuan VOC di Batavia untuk membantu mengembalikan tahtanya, akhirnya dengan bantuan VOC, dia memperoleh tahtanya kembali dengan imbalan menyerahkan sebagian wilayah Banten kepada VOC.
Setelah Sultan Ageng Tirtayasa mengangkat putranya yang bergelar Sultan Haji sebagai Sultan Banten, Belanda ikut campur dalam urusan Banten dengan mendekati Sultan Haji. Sultan Agung yang sangat anti VOC, segera menarik kembali tahta putranya. Putranya yang tidak terima, segera meminta bantuan VOC di Batavia untuk membantu mengembalikan tahtanya, akhirnya dengan bantuan VOC, dia memperoleh tahtanya kembali dengan imbalan menyerahkan sebagian wilayah Banten kepada VOC.
Perang Paderi (1821 – 1837)
Dilatar belakangi konflik antara kaum agama dan tokoh – tokoh adat Sumatera Barat. Kaum agama (Pembaru/Paderi) berusaha untuk mengajarkan Islam kepada warga sambil menghapus adat istiadat yang bertentangan dengan Islam, yang bertujuan untuk memurnikan Islam di wilayah Sumatra Barat serta menentang aspek – aspek budaya yang bertentangan dengan aqidah Islam.
Tujuan ini tidak dapat dilaksanakan sepenuhnya karena kaum adat yang tidak ingin kehilangan kedudukannya, serta adat istiadatnya menentang ajaran kaum Paderi, perbedaan pandangan ini menyebabkan perang saudara serta mengundang kekuatan Inggris dan Belanda.
Kaum adat yang terdesak saat perang kemudian meminta bantuan kepada Inggris yang sejak 1795 telah menguasai Padang, dan beberapa daerah di pesisir barat setelah direbut dari Belanda. Golongan agama pada saat itu telah menguasai daerah pedalaman Sumatra Barat dan menjalankan pemerintahan berdasarkan agama.
Pada tahun 1819, Belanda menerima Padang dan daerah sekitarnya dari Inggris. Golongan adat meminta bantuan kepada Belanda dalam menghadapi golongan Paderi. Pada Februari 1821, kedua belah pihak menandatangani perjanjian. Sesuai perjanjian tersebut Belanda mulai mengerahkan pasukannya untuk menyerang kaum Paderi.
Perang Diponegoro (1825 – 1830)
Penyebab perang ini adalah rasa tidak puas masyarakat terhadap kebijakan – kebijakan yang dijalankan pemerintah Belanda di kesultanan Yogyakarta. Belanda seenaknya mencampuri urusan intern kesultanan. Akibatnya, di Keraton Mataram terbentuk 2 kelompok, pro dan anti Belanda.
Pada pemerintahan Sultan HB V, Pangeran Diponegoro diangkat menjadi anggota Dewan Perwalian. Namun dia jarang diajak bicara karena sikapnya yang kritis terhadap kehidupan keraton yang dianggapnya terpengaruh budaya barat dan intervensi Belanda. Oleh karena itu, dia pergi dari keraton dan menetap di Tegalrejo.
Di mata Belanda, Diponegoro adalah orang yang berbahaya. Suatu ketika, Belanda akan membuat jalan Yogyakarta – Magelang. Jalan tersebut menembus makam leluhur Diponegoro di Tegalrejo. Dia marah dan mengganti patok penanda jalan dengan tombak. Belanda menjawab dengan mengirim pasukan ke Tegalrejo pada 25 Juni 1825.
Diponegoro dan pasukannya membangun pertahanan di Selarong. Dia mendapat berbagai dukungan dari daerah – daerah. Tokoh – tokoh yang bergabung antara lain : Pangeran Mangkubumi, Sentot Alibasha Prawirodirjo, dan Kyai Maja. Oleh karena itu Belanda mendatangkan pasukan dari Sumatra Barat dan Sulawesi Utara yang dipimpin Jendral Marcus de Kock.
Dilatar belakangi konflik antara kaum agama dan tokoh – tokoh adat Sumatera Barat. Kaum agama (Pembaru/Paderi) berusaha untuk mengajarkan Islam kepada warga sambil menghapus adat istiadat yang bertentangan dengan Islam, yang bertujuan untuk memurnikan Islam di wilayah Sumatra Barat serta menentang aspek – aspek budaya yang bertentangan dengan aqidah Islam.
Tujuan ini tidak dapat dilaksanakan sepenuhnya karena kaum adat yang tidak ingin kehilangan kedudukannya, serta adat istiadatnya menentang ajaran kaum Paderi, perbedaan pandangan ini menyebabkan perang saudara serta mengundang kekuatan Inggris dan Belanda.
Kaum adat yang terdesak saat perang kemudian meminta bantuan kepada Inggris yang sejak 1795 telah menguasai Padang, dan beberapa daerah di pesisir barat setelah direbut dari Belanda. Golongan agama pada saat itu telah menguasai daerah pedalaman Sumatra Barat dan menjalankan pemerintahan berdasarkan agama.
Pada tahun 1819, Belanda menerima Padang dan daerah sekitarnya dari Inggris. Golongan adat meminta bantuan kepada Belanda dalam menghadapi golongan Paderi. Pada Februari 1821, kedua belah pihak menandatangani perjanjian. Sesuai perjanjian tersebut Belanda mulai mengerahkan pasukannya untuk menyerang kaum Paderi.
Perang Diponegoro (1825 – 1830)
Penyebab perang ini adalah rasa tidak puas masyarakat terhadap kebijakan – kebijakan yang dijalankan pemerintah Belanda di kesultanan Yogyakarta. Belanda seenaknya mencampuri urusan intern kesultanan. Akibatnya, di Keraton Mataram terbentuk 2 kelompok, pro dan anti Belanda.
Pada pemerintahan Sultan HB V, Pangeran Diponegoro diangkat menjadi anggota Dewan Perwalian. Namun dia jarang diajak bicara karena sikapnya yang kritis terhadap kehidupan keraton yang dianggapnya terpengaruh budaya barat dan intervensi Belanda. Oleh karena itu, dia pergi dari keraton dan menetap di Tegalrejo.
Di mata Belanda, Diponegoro adalah orang yang berbahaya. Suatu ketika, Belanda akan membuat jalan Yogyakarta – Magelang. Jalan tersebut menembus makam leluhur Diponegoro di Tegalrejo. Dia marah dan mengganti patok penanda jalan dengan tombak. Belanda menjawab dengan mengirim pasukan ke Tegalrejo pada 25 Juni 1825.
Diponegoro dan pasukannya membangun pertahanan di Selarong. Dia mendapat berbagai dukungan dari daerah – daerah. Tokoh – tokoh yang bergabung antara lain : Pangeran Mangkubumi, Sentot Alibasha Prawirodirjo, dan Kyai Maja. Oleh karena itu Belanda mendatangkan pasukan dari Sumatra Barat dan Sulawesi Utara yang dipimpin Jendral Marcus de Kock.
Perang Aceh
Aceh dihormati oleh Inggris dan Belanda melalui Traktat London pada 1824, karena Terusan Suez diuka, yang menyebabkan kedudukan Aceh menjadi Strategis di Selat Malaka dan menjadi incaran bangsa barat. Untuk mengantisipasi hal itu, Belanda dan Inggris menandatangani Traktat Sumatra pada 1871.
Melihat gelagat ini, Aceh mencari bantuan ke luar negeri. Belanda yang merasa takut disaingi menuntut Aceh untuk mengakui kedaulatannya di Nusantara. Namun Aceh menolaknya, sehingga Belanda mengirim pasukannya ke Kutaraja yang dipimpin oleh Mayor Jendral J.H.R Kohler. Penyerangan tersebut gagal dan Jendral J.H.R Kohler tewas di depan Masjid Raya Aceh.
Serangan ke – 2 dilakukan pada Desember 1873 dan berhasil merebut Istana kerajaan Aceh di bawah pimpinan Letnan Jendral Van Swieten. Walaupun telah dikuasai secara militer, Aceh secara keseluruhan belum dapat ditaklukkan. Oleh karena itu, Belanda mengirim Snouck Hurgronye untuk menyelidiki masyarakat Aceh.
Perang Bali
Pulau Bali dikuasai oleh kerajaan Klungkung yang mengadakan perjanjian dengan Belanda pada 1841 yang menyatakan bahwa kerajaan Klungkung di bawah pemerintahan Raja Dewa Agung Putera adalah suatu negara yang bebas dari kekuasaan Belanda.
Pada 1844, perhu dagang Belanda terdampar di Prancak, wilayah kerajaan Buleleng dan terkena hukum Tawan Karang yang memihak penguasa kerajaan untuk menguasai kapal dan isinya. Pada 1848, Belanda menyerang kerajaan Buleleng, namun gagal.
Serangan ke – 2 pada 1849, di bawah pimpinan Jendral Mayor A.V Michies dan Van Swieeten berhasil merbut benteng kerajaan Buleleng di Jagaraga. Pertempuran ini diberi nama Puputan Jagaraga.
Setelah Buleleng ditaklukkan, banyak terjadi perang puputan antara kerajaan – kerajaan Bali dengan Belanda untuk mempertahankan harga diri dan kehormatan. Diantaranya Puputan Badung (1906), Puputan Kusamba (1908), dan Puputan Klungkung (1908).
Aceh dihormati oleh Inggris dan Belanda melalui Traktat London pada 1824, karena Terusan Suez diuka, yang menyebabkan kedudukan Aceh menjadi Strategis di Selat Malaka dan menjadi incaran bangsa barat. Untuk mengantisipasi hal itu, Belanda dan Inggris menandatangani Traktat Sumatra pada 1871.
Melihat gelagat ini, Aceh mencari bantuan ke luar negeri. Belanda yang merasa takut disaingi menuntut Aceh untuk mengakui kedaulatannya di Nusantara. Namun Aceh menolaknya, sehingga Belanda mengirim pasukannya ke Kutaraja yang dipimpin oleh Mayor Jendral J.H.R Kohler. Penyerangan tersebut gagal dan Jendral J.H.R Kohler tewas di depan Masjid Raya Aceh.
Serangan ke – 2 dilakukan pada Desember 1873 dan berhasil merebut Istana kerajaan Aceh di bawah pimpinan Letnan Jendral Van Swieten. Walaupun telah dikuasai secara militer, Aceh secara keseluruhan belum dapat ditaklukkan. Oleh karena itu, Belanda mengirim Snouck Hurgronye untuk menyelidiki masyarakat Aceh.
Perang Bali
Pulau Bali dikuasai oleh kerajaan Klungkung yang mengadakan perjanjian dengan Belanda pada 1841 yang menyatakan bahwa kerajaan Klungkung di bawah pemerintahan Raja Dewa Agung Putera adalah suatu negara yang bebas dari kekuasaan Belanda.
Pada 1844, perhu dagang Belanda terdampar di Prancak, wilayah kerajaan Buleleng dan terkena hukum Tawan Karang yang memihak penguasa kerajaan untuk menguasai kapal dan isinya. Pada 1848, Belanda menyerang kerajaan Buleleng, namun gagal.
Serangan ke – 2 pada 1849, di bawah pimpinan Jendral Mayor A.V Michies dan Van Swieeten berhasil merbut benteng kerajaan Buleleng di Jagaraga. Pertempuran ini diberi nama Puputan Jagaraga.
Setelah Buleleng ditaklukkan, banyak terjadi perang puputan antara kerajaan – kerajaan Bali dengan Belanda untuk mempertahankan harga diri dan kehormatan. Diantaranya Puputan Badung (1906), Puputan Kusamba (1908), dan Puputan Klungkung (1908).
Perang Banjarmasin
Sultan Adam menyatakan secara resmi hubungan kerajaan Banjarmasin – Belanda pada 1826 sampai beliau meninggal pada tahun 1857. sepeninggal Sultan Adam, terjadi perebutan kekuasaan oleh 3 kelompok :
▪ Kelompok Pangeran Tamjid Illah, cucu Sultan Adam.
▪ Kelompok Pangeran Anom, Putra Sultan Adam.
▪ Kelompok Pangeran Hidayatullah, cucu Sultan Adam.
Di tengah kekacauan tersebut, terjadi perang Banjarmasin pada 1859 yang dipimpin Pangeran Antasari, seorang putra Sultan Muhammad yang anti Belanda. Dalam melawan Belanda, Pangeran Antasari dibantu oleh Pangeran Hidayatullah.
Pada 1862, Pangeran Hidayatullah ditangkap dan dibuang ke Cianjur. Dalam pertempuran dengan Belanda pada tahun tersebut, Pangeran Antasari tewas.
Sultan Adam menyatakan secara resmi hubungan kerajaan Banjarmasin – Belanda pada 1826 sampai beliau meninggal pada tahun 1857. sepeninggal Sultan Adam, terjadi perebutan kekuasaan oleh 3 kelompok :
▪ Kelompok Pangeran Tamjid Illah, cucu Sultan Adam.
▪ Kelompok Pangeran Anom, Putra Sultan Adam.
▪ Kelompok Pangeran Hidayatullah, cucu Sultan Adam.
Di tengah kekacauan tersebut, terjadi perang Banjarmasin pada 1859 yang dipimpin Pangeran Antasari, seorang putra Sultan Muhammad yang anti Belanda. Dalam melawan Belanda, Pangeran Antasari dibantu oleh Pangeran Hidayatullah.
Pada 1862, Pangeran Hidayatullah ditangkap dan dibuang ke Cianjur. Dalam pertempuran dengan Belanda pada tahun tersebut, Pangeran Antasari tewas.
E. PERGERAKAN
NASIONAL PADA MASA PENDUDUKAN JEPANG
Perlawanan secara Legal
Gerakan Tiga A
• Gerakan ini disebut Tiga A karena semboyannya yang terdiri atas tiga macam :
• Nippon pelindung Asia
• Nippon cahaya Asia
• Nipppon pemimpin Asia
• Gerakan ini diketuai Oleh Mr. Syamsuddin, tokoh Parindra Jawa Barat. Gerakan ini tidak banyak menarik rakyat. Oleh karena itu pemerintah Jepang membubarkan gerakan ini pada tahun 1943 sebagai gantinya dibentuk Putera.
Pusat Tenaga Rakyat (Putera)
• Organisasi ini dibentuk pada 1 Maret 1943 dibawah pimpinan empat serangkai, yaitu Ir. Soekarno, Dr. Moh. Hatta, Ki Hajar Dewantara, dan KH. Mas Mansyur.
• Mereka dinggap mewakili aliran-aliran yang terdapat dalam masyarakat Indonesia. Karena organisasi ini terlalu bersifat nasional, maka pada tahun 1944 dibubarkan oleh pemerintah Jepang dan kemudian membentuk Jawa Hokokai.
Perhimpunan Kebangkitan Jawa (Jawa Hokokai)
• Pimpinan dari organisasi ini di bawah komando militer Jepang. Organisasi ini tersusun dari tingkat pusat sampai ke tingkat daerah. Jawa Hokokai dibentuk karena perang sudah semakin meningkat. Rakyat dituntut agar memberikan pengabdin yang maksimal dan bersedia mengorbankan diri serta mempertebal rasa persaudaraan.
Pembela Tanah Air (Peta)
• Pembela Tanah Air (Peta) dibentuk pada tahun 1943, yang merupakan kesatuan militer bersenjata yang dibentuk atas inisatif Gatot Mangkupraja. Di sini pemuda-pemuda Indonesia dilatih kemiliteran Jepang untuk keperluannya. Ternyata Peta inilah nantinya merupakan tenaga inti untuk membela Republik Indonesia. Jepang memanfaatkan pendirian PETA untuk mengerahkan tenaga dalam rangka menghancurkan Sekutu, yang dianggap merupakan kemenangan terakhir.
Masyumi (Majelis Syuro Muslimin)
• Meskipun Jepang mengekang aktivitas semua kaum nasionalis, namun golongan nasionalis Islam mendapat perlakuan lain. golongan ini memperoleh kelonggaran, karena dinilai paling anti Barat. Jepang menduga bahwa golongan ini akan mudah dirangkul. Sampai bulan November 1943, Jepang masih memperkenankan berdirinya Majelis Islam A’la Indonesia (MIAI) yang dibentuk pada zaman Hindia Belanda. Para pemuka agama diundang ke jakarta oleh Gunseikan Mayor Jendela Okazaki, untuk mengadakan penukaran pikiran. Hasilnya adalah MIAI diakui sebagai organisasi resmi Umat Islam, dengan syarat harus mengubah asas dan tujuannya.
Gerakan Tiga A
• Gerakan ini disebut Tiga A karena semboyannya yang terdiri atas tiga macam :
• Nippon pelindung Asia
• Nippon cahaya Asia
• Nipppon pemimpin Asia
• Gerakan ini diketuai Oleh Mr. Syamsuddin, tokoh Parindra Jawa Barat. Gerakan ini tidak banyak menarik rakyat. Oleh karena itu pemerintah Jepang membubarkan gerakan ini pada tahun 1943 sebagai gantinya dibentuk Putera.
Pusat Tenaga Rakyat (Putera)
• Organisasi ini dibentuk pada 1 Maret 1943 dibawah pimpinan empat serangkai, yaitu Ir. Soekarno, Dr. Moh. Hatta, Ki Hajar Dewantara, dan KH. Mas Mansyur.
• Mereka dinggap mewakili aliran-aliran yang terdapat dalam masyarakat Indonesia. Karena organisasi ini terlalu bersifat nasional, maka pada tahun 1944 dibubarkan oleh pemerintah Jepang dan kemudian membentuk Jawa Hokokai.
Perhimpunan Kebangkitan Jawa (Jawa Hokokai)
• Pimpinan dari organisasi ini di bawah komando militer Jepang. Organisasi ini tersusun dari tingkat pusat sampai ke tingkat daerah. Jawa Hokokai dibentuk karena perang sudah semakin meningkat. Rakyat dituntut agar memberikan pengabdin yang maksimal dan bersedia mengorbankan diri serta mempertebal rasa persaudaraan.
Pembela Tanah Air (Peta)
• Pembela Tanah Air (Peta) dibentuk pada tahun 1943, yang merupakan kesatuan militer bersenjata yang dibentuk atas inisatif Gatot Mangkupraja. Di sini pemuda-pemuda Indonesia dilatih kemiliteran Jepang untuk keperluannya. Ternyata Peta inilah nantinya merupakan tenaga inti untuk membela Republik Indonesia. Jepang memanfaatkan pendirian PETA untuk mengerahkan tenaga dalam rangka menghancurkan Sekutu, yang dianggap merupakan kemenangan terakhir.
Masyumi (Majelis Syuro Muslimin)
• Meskipun Jepang mengekang aktivitas semua kaum nasionalis, namun golongan nasionalis Islam mendapat perlakuan lain. golongan ini memperoleh kelonggaran, karena dinilai paling anti Barat. Jepang menduga bahwa golongan ini akan mudah dirangkul. Sampai bulan November 1943, Jepang masih memperkenankan berdirinya Majelis Islam A’la Indonesia (MIAI) yang dibentuk pada zaman Hindia Belanda. Para pemuka agama diundang ke jakarta oleh Gunseikan Mayor Jendela Okazaki, untuk mengadakan penukaran pikiran. Hasilnya adalah MIAI diakui sebagai organisasi resmi Umat Islam, dengan syarat harus mengubah asas dan tujuannya.
Chou Singi-In
• Memsuki awal tahun 1943 Jepang mulai melemah. Mereka mengalami kekalahan beruntun di berbagi front pertempuran. Pada tanggal 8 Januari 1943, Perdana Menteri Tojo mengumumkan secara resmi bahwa Filipina dan Birma akan memperoleh kemerdekaannya pada tahun itu juga, sedangkan mengenai Indonesia tidak disinggung sama sekali. Pernyataan itu dapat menyinggung perasaan kaum nasionalis dan rakyat Indonesia umumnya. Oleh karena itu, Perdana Menteri Tojo menganggap perlu mengirim Menteri Urusan Asia Timur Raya, Aoki, ke Jakarta awal bulan Mei 1943. Aoki adalah Menteri Jepang pertama kali yang ada di Indonesia.
Sehubungan dengan pertemuan tokoh-tokoh empat serangkai dengan Menteri Aoki itulah, maka pada tanggal 7 Juli 1943, Tojo datang ke Jakarta.
• Memsuki awal tahun 1943 Jepang mulai melemah. Mereka mengalami kekalahan beruntun di berbagi front pertempuran. Pada tanggal 8 Januari 1943, Perdana Menteri Tojo mengumumkan secara resmi bahwa Filipina dan Birma akan memperoleh kemerdekaannya pada tahun itu juga, sedangkan mengenai Indonesia tidak disinggung sama sekali. Pernyataan itu dapat menyinggung perasaan kaum nasionalis dan rakyat Indonesia umumnya. Oleh karena itu, Perdana Menteri Tojo menganggap perlu mengirim Menteri Urusan Asia Timur Raya, Aoki, ke Jakarta awal bulan Mei 1943. Aoki adalah Menteri Jepang pertama kali yang ada di Indonesia.
Sehubungan dengan pertemuan tokoh-tokoh empat serangkai dengan Menteri Aoki itulah, maka pada tanggal 7 Juli 1943, Tojo datang ke Jakarta.
F. DAMPAK
PENDUDUKAN JEPANG DALAM BERBAGAI ASPEK KEHIDUPAN
a.
Bidang Politik
Sejak masuknya
Jepang di Indonesia, organisasi yang berkembang pada saat itu dihapuskan dan
diganti dengan organisasi buatan Jepang. Tetapi, pemerintah Jepang masih
membiarkan kesempatan pada golongan nasionalis islam karena dinilainya sangat
anti-barat, sehingga organisasi MIAI masih diperbolehkan tetap berdiri, tetapi
karena perkembangannya dianggap membahayakan Jepang, akhirnya MIAI dibubarkan
dan diganti dengan Masyumi.
b. Bidang Pendidikan
Pendidikan zaman
Jepang mengalami perubahan secara drastis. Dimana sistem pengajaran dan
kurikulum disesuaikan dengan kepentingan perang. Siswa wajib mengikuti latihan
dasar kemiliteran. Jepang juga menanamkan semangat Jepang dan siswa wajib
menghapal lagu kebangsaan Jepang. Para guru diharuskan mengikuti kursus bahasa
Jepang. Juga diwajibkannya menggunakan bahasa Jepang dan Indonesia sebagai
bahasa pengantar disekolah untuk menggantikan bahasa Belanda. Melalui
pendidikan, Jepang bermaksud mencetak kader-kader yang akan mempelopori dan
merealisasikan konsepsi ”Kemakmuran Bersama Asia Timur Raya”.
c. Bidang Ekonomi
Pada pendudukan
Jepang, kegiatan ekonomi diarahkan untuk kepentingan perang Jepang. Jepang
berusaha menguasai sumber bahan mentah untuk industri Jepang. Sebagian hasil
panen harus diserahkan kepada pemerintah. Rakyat diperbolehkan memiliki 40%
hasil panen mereka, 30% disetor kekoperasi
dengan harga yang ditetapkan pemerintah dan sisa 30% disediakan untuk bibit dan
harus disimpan dilumbung desa. Kadang-kadang semua itu dirampas oleh Jepang
sehingga rakyat hanya makan keladi yang gatal, ubi jalar atau bekicot serta
makanan lain yang tidak layak. Selain itu, Jepang juga mengharuskan kaum pria
yang muda dan sehat serta produktif untuk menjadi serdadu pekerja (Romusha).
Akibatnya tidak sedikit nyawa yang terenggut saat itu.
d. Bidang Budaya
Jepang sebagai
negara fasis selalu berusaha untuk dapat menanamkan kebudayaannya. Salah satu
cara Jepang adalah kebiasaan menghormat kearah matahari terbit. Hal ini berarti
bahwa cara menghormat tersebut merupakan salah satu tradisi Jepang untuk
menghormati kaisarnya yang dianggap keturunan Dewa Matahari.
f. Militer
Demi untuk
memenuhi kepentingan perang Asia Timur Raya yang memerlukan banyak tentara.
Pemerintah Jepang berusaha mengerahkan porensi rakyat Indonesia dengan
membentuk pendidikan semi-militer dan militer, seperti : Seinendan, Keobodan,
Heiho dan PETA. Meskipun pengerahan tersebut dilaksanakan untu kepentingan
Jepang, namun bangsa Indonesia mendapat keuntungan besar dari proses pendidikan
militer ini. Hal ini terasa gunanya, kelak pada saat bangsa Indonesia
menghadapi sekutu dan Belanda yang akan menjajah kembali Indonesia tahun 1945 –
1949.
g. Bahasa Indonesia
Jepang berusaha
menghapus pengaruh barat di Indonesia. Antara lain dengan pelarangan penggunaan
Bahasa Belanda disekolah-sekolah dan pertemuan resmi. Bahasa yang dboleh
digunakan adalah bahasa Indonesia disamping bahasa Jepang. Demikian pula
buku-buku pelajaran maupun yang berbentuk sastra, menggunakan bahasa Indonesia.
G.
AKTIVITAS PERJUANGAN DALAM MEMPERSIAPKAN KEMERDEKAAN
1. Sidang pertama (29
mei – 1 Juni 1945)
Dalam sidang
pertama ini, pembicaraan dipusatkan pada usaha merumuskan dasar filsafat bagi
negara Indonesia merdeka dengan membahas berbagai usul dari peserta sidang.
Pada tanggal 1
Juni 1945, Ir. Soekarno menyampaikan buah pikirannya tentang dasar negara
Indonesia merdeka :
1.
Kebangsaan
Indonesia
2.
Internasionalisme
3.
Mufakat atau Demokrasi
4.
Kesejahteraan
Sosial
5.
Ketuhanan Yang
Maha Esa
Kelima asas yang
diusulkan Ir. Soekarno sesuai dengan petunjuk seorang ahli bahasa diberi nama Pancasila.
Oleh karena itu setiap tanggal 1 Juni dikenal sebagi hari lahirnya
Pancasila.
Kemudian tanggal 22 Juni 1945,
BPUPKI membentuk panitia perumus yang tugasnya untuk membahas dan merumuskan
hasil sidang pertama. Panitia perumus tersebut dikenal dengan nama panitia
kecil atau panitia 9, karena beranggotakan 9 orang :
1.
Ir. Soekarno (Ketua)
2.
Drs. M. Hatta (Wakil)
3.
K.H. Wachid Hasyim (Anggota)
4.
Kahar Muzakir (Anggota)
5.
Mr. A.A. Maramis (Anggota)
6.
Abikusno Tjokrosurojo
(Anggota)
7.
H. Agus Salim (Anggota)
8.
Mr. Achmad Subarjo (Anggota)
9.
Mr. Moh. Yamin (Anggota).
Sebagai tindak lanjut dari
sidang pertama maka direkomendasikan Piagam Jakarta (Jakarta Charter)
tanggal 22 Juni 1945 yang berisi rumusan dasar negara dan rancangan
Pembukaan UUD.
Adapun
rumusan dasar negara berdasarkan piagam Jakarta adalah :
1.
Ketuhanan dengan kewajiban
menjalankan syariat-syariat islam bagi pemeluk-pemeluknya
2.
Kemanusian yang adil dan
beradab
3.
Persatuan Indonesia
4.
Kerakyatan yang dipimpin oleh
hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan
5.
Keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia.
2. Sidang Kedua ( 10 Juli – 16
Juli 1945 )
Pada sidang
yang kedua BPUPKI berhasil membentuk tiga panitia :
1. Panitia perancang UUD yang
diketuai Ir. Soekarno
2. Panitia Pembela Tanah Air yang
diketuai Abi Kusno
3. Panitia keuangan dan
perekonomian yang diketuai Moh. Hatta
Panitia perancang dalam
sidangnya tanggal 11 Juli 1945 menerima konsep naskah pembukaan UUD yang
diambil dari piagam Jakarta. Panitia perancang kemudian membentuk panitia kecil
perancang Undang-Undang Dasar yang diketuai Mr. Supomo. Ia bertugas
menyempurnakan dan menyusun kembali rancangan UUD yang telah disepakati.
Tanggal 13 Juli 1945,
pembentuk Tim Panitia Kecil yang diketuai Ir. Soekarno mengadakan sidang untuk
membahas laporan hasil kerja Panitia Kecil Perancang UUD yang diketuai Mr.
Supomo. Dalam rapat Pleno tanggal 14 Juli 1945, BPUPKI menerima laporan Panitia
Perancang UUD yang dibacakan Ir. Soekarno :
1.
Pernyataan Indonesia merdeka
2.
Pembukaan UUD
3.
Batang Tubuh UUD
Setelah melalui sidang yang
alot, hasil kerja Panitia Perancang UUD akhirnya diterima BPUPKI. Hal itu
merupakan momentum penting dalam menentukan masa depan bangsa dan negara
Indonesia. Rumusan yang telah disempurnakan dan diterima secara bulat oleh
sidang tersebut kemudian dikenal dengan Undang-Undang Dasar 1945.
BAB 4 PERKEMBANGAN PAHAM-PAHAM BARU DAN MUNCULNYA
PERGERAKAN NASIONAL INDONESIA
.
C.
LAHIRNYA PRGERAKAN NASIONAL INDONESIA
1. Budi Utomo.
Pada tahun 1906 di Yogyakarta dr. Wahidin Sudirohusodo mempunyai
gagasan untuk mendirikan studiefonds atau dana pelajar. Tujuannya adalah
mengumpulkan dana untuk membiayaai pemuda-pemuda bumi putra yang pandai,
tetapi miskin agar dapat memneruskan ke sekolah yang lebih tinggi. Untuk
mewujudkan gagasan nya tersebut, beliau mengadakan perjalanan keliling jawa.
Ketika sampai di Jakarta, dr. Wahidin Sudirohusodo bertemu dengan
mahasiswa-mahasiswa STOVIA. STOVIA adalah sekolah untuk mendidik dokterdokter
pribumi. Mahasiswa-mahasiswa tersebut antara lain Sutomo, Cipto
Mangunkusumo, Gunawan Mangunkusumo, Suraji, dan Gumbrek. Dr. Wahidin
Sudirohusodo memberikan dorongan kepada mereka agar membentuk suatu
organisasi. Dorongan tersebut mendapat sambutan baik dari para mahasiswa
STOVIA.
Pada tanggal 20 Mei 1908 bertempat di Gedung STOVIA. Para mahasiswa
STOVIA mendirikan organisasi yang diberi nama Budi Utomo. Budi Utomo artinya
budi yang utama. Tanggal berdirinya Budi Utomo yaitu 20 Mei dijadikan sebagai
Hari Kebangkitan Nasional.
Pada tahun 1906 di Yogyakarta dr. Wahidin Sudirohusodo mempunyai
gagasan untuk mendirikan studiefonds atau dana pelajar. Tujuannya adalah
mengumpulkan dana untuk membiayaai pemuda-pemuda bumi putra yang pandai,
tetapi miskin agar dapat memneruskan ke sekolah yang lebih tinggi. Untuk
mewujudkan gagasan nya tersebut, beliau mengadakan perjalanan keliling jawa.
Ketika sampai di Jakarta, dr. Wahidin Sudirohusodo bertemu dengan
mahasiswa-mahasiswa STOVIA. STOVIA adalah sekolah untuk mendidik dokterdokter
pribumi. Mahasiswa-mahasiswa tersebut antara lain Sutomo, Cipto
Mangunkusumo, Gunawan Mangunkusumo, Suraji, dan Gumbrek. Dr. Wahidin
Sudirohusodo memberikan dorongan kepada mereka agar membentuk suatu
organisasi. Dorongan tersebut mendapat sambutan baik dari para mahasiswa
STOVIA.
Pada tanggal 20 Mei 1908 bertempat di Gedung STOVIA. Para mahasiswa
STOVIA mendirikan organisasi yang diberi nama Budi Utomo. Budi Utomo artinya
budi yang utama. Tanggal berdirinya Budi Utomo yaitu 20 Mei dijadikan sebagai
Hari Kebangkitan Nasional.
2. Serikat Dagang Islam.
Revolusi Nasional Cina yang dipelopori oleh dr. Sun Yat Sen pada tanggal
10 Oktober 1911 telah berpengaruh terhadap orang-orang Cina perantauan di
Indonesia. Mereka segera mendirikan ikatan-ikatan yang bercorak nasionalis Cina.
Kedudukan mereka dibidang ekonomi sangat kuat. Mereka menguasai penjualan
bahan-bahan batik. Para pedagang batik pribumi merasa terdesak atau dirugikan.
Untuk menghadapi para pedagang Cina itu, pada tahun 1911 para pedagang
batik Solo dibawah pimpinan H. Samanhudi mendirikan Serikat Dagang Islam
(SDI). Tujuan berdirinya Sarikat Dagang Islam adalah :
a. Memajukan perdagangan.
b. Melawan monopoli pedagang tionghoa, dan
c. Memajukan agama Islam.
Serikat Dagang Islam mengalami perkembangan pesat karena bersifat nasionalis,
religius, dan ekonomis.
3. Indische Partij.
Indische Partij didirikan di Bandung pada tanggal 25 Desember 1912 .
Pendirinya adalah dr. E.F.E Douwes Dekker, dr. Cipto Mangunkusumo, dan Ki Hajar
Dewantara.
IP bertujuan mempersatukan bangsa Indonesia untuk mencapai
kemerdekaan. Tokoh-tokoh IP menyebarluaskan tujuannya melalui surat kabar.
Dalam waktu singkat IP mempunyai banyak anggota. Cabang-cabangnya tersebar diseluruh Indonesia. Pemerintah Hindia Belanda menganggap organisasi ini
membahayakan kedudukannya. Pada bulan Maret 1913 Pemerintah Hindia Belanda
melarang kegitan IP. Pada bulan Agustus tahun yang sama para pemimpin IP dijatuhi
hukuman pengasingan.
4. Partai Nasional Indonesia.
Pada tanggal 4 Juli 1927 para pengurus Algemeene Studie Club
(Kelompok Belajar Umum) di Bandung mendirikan perkumpulan baru
yang dinamakan Perserikatan Nasional Indonesia. Mereka adalah Ir. Soekarno,
Mr. Sartono, dr. Samsi, Mr. Iskaq Cokrohadisuryo, Mr. Budiarto, Mr. Ali
Sastroamijoyo, Mr. Sunario, dan Ir. Anwari. Perkumpulan ini kemudian berganti
nama menjadi Partai Nasional Indonesia (PNI), dll.
BAB 5 TERBENTUKNYA NEGARA KEBANGSAAN
INDONESIA
A.
KRONOLOGI PROKLAMASI KEMERDEKAAN INDONESIA
6 Agustus 1945
Sebuah bom atom dijatuhkan di atas kota Hiroshima di Jepang, oleh Amerika Serikat.
7 Agustus 1945
BPUPKI berganti nama menjadi PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia).
9 Agustus 1945
Bom atom kedua dijatuhkan di atas Nagasaki dan akhirnya menyebabkan Jepang menyerah kepada Amerika Serikat dan sekutunya. Momen ini pun dimanfaatkan oleh Indonesia untuk memproklamasikan kemerdekaannya.
Soekarno, Hatta selaku pimpinan PPKI dan Radjiman Wedyodiningrat sebagai mantan ketua BPUPKI diterbangkan ke Dalat, 250 km di sebelah timur laut Saigon, Vietnam untuk bertemu Marsekal Terauchi. Mereka dikabarkan bahwa pasukan Jepang sedang di ambang kekalahan dan akan memberikan kemerdekaan kepada Indonesia.
10 Agustus 1945
Sementara itu, di Indonesia, Sutan Syahrir telah mendengar berita lewat radio bahwa Jepang telah menyerah kepada Sekutu. Para pejuang bawah tanah bersiap-siap memproklamasikan kemerdekaan RI, dan menolak bentuk kemerdekaan yang diberikan sebagai hadiah Jepang. Syahrir memberitahu penyair Chairil Anwar tentang dijatuhkannya bom atom di Nagasaki dan bahwa Jepang telah menerima ultimatum dari Sekutu untuk menyerah. Syahrir mengetahui hal itu melalui siaran radio luar negeri, yang ketika itu terlarang. Berita ini kemudian tersebar di lingkungan para pemuda terutama para pendukung Syahrir.
12 Agustus 1945
Jepang melalui Marsekal Terauchi di Dalat, Vietnam, mengatakan kepada Soekarno, Hatta dan Radjiman bahwa pemerintah Jepang akan segera memberikan kemerdekaan kepada Indonesia dan proklamasi kemerdekaan dapat dilaksanakan dalam beberapa hari, tergantung cara kerja PPKI. Meskipun demikian Jepang menginginkan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 24 Agustus.
14 Agustus 1945
Saat Soekarno, Hatta dan Radjiman kembali ke tanah air dari Dalat, Syahrir mendesak agar Soekarno segera memproklamasikan kemerdekaan karena menganggap hasil pertemuan di Dalat sebagai tipu muslihat Jepang, karena Jepang setiap saat sudah harus menyerah kepada Sekutu dan demi menghindari perpecahan dalam kubu nasionalis, antara yang anti dan pro Jepang. Hatta menceritakan kepada Syahrir tentang hasil pertemuan di Dalat.
Sementara itu Syahrir menyiapkan pengikutnya yang bakal berdemonstrasi dan bahkan mungkin harus siap menghadapi bala tentara Jepang dalam hal mereka akan menggunakan kekerasan. Syahrir telah menyusun teks proklamasi dan telah dikirimkan ke seluruh Jawa untuk dicetak dan dibagi-bagikan.
Soekarno belum yakin bahwa Jepang memang telah menyerah, dan proklamasi kemerdekaan RI saat itu dapat menimbulkan pertumpahan darah yang besar, dan dapat berakibat sangat fatal jika para pejuang Indonesia belum siap. Soekarno mengingatkan Hatta bahwa Syahrir tidak berhak memproklamasikan kemerdekaan karena itu adalah hak Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Sementara itu Syahrir menganggap PPKI adalah badan buatan Jepang dan proklamasi kemerdekaan oleh PPKI hanya merupakan 'hadiah' dari Jepang.
15 Agustus 1945
Jepang menyerah kepada Sekutu. Tentara dan Angkatan Laut Jepang masih berkuasa di Indonesia karena Jepang telah berjanji akan mengembalikan kekuasaan di Indonesia ke tangan Belanda. Sutan Sjahrir, salah satu tokoh pemuda mendengar kabar ini melalui radio BBC. Setelah mendengar desas-desus Jepang bakal bertekuk lutut, golongan muda mendesak golongan tua untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Namun golongan tua tidak ingin terburu-buru. Mereka tidak menginginkan terjadinya pertumpahan darah pada saat proklamasi. Konsultasi pun dilakukan dalam bentuk rapat PPKI. Golongan muda tidak menyetujui rapat itu, mengingat PPKI adalah sebuah badan yang dibentuk oleh Jepang. Mereka menginginkan kemerdekaan atas usaha bangsa kita sendiri, bukan pemberian Jepang.
Soekarno dan Hatta mendatangi penguasa militer Jepang (Gunsei) untuk memperoleh konfirmasi di kantornya di Koningsplein (Medan Merdeka). Tapi kantor tersebut kosong.
Soekarno dan Hatta bersama Soebardjo kemudian ke kantor Bukanfu, Laksamana Maeda, di Jalan Imam Bonjol. Maeda menyambut kedatangan mereka dengan ucapan selamat atas keberhasilan mereka di Dalat.
Sebuah bom atom dijatuhkan di atas kota Hiroshima di Jepang, oleh Amerika Serikat.
7 Agustus 1945
BPUPKI berganti nama menjadi PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia).
9 Agustus 1945
Bom atom kedua dijatuhkan di atas Nagasaki dan akhirnya menyebabkan Jepang menyerah kepada Amerika Serikat dan sekutunya. Momen ini pun dimanfaatkan oleh Indonesia untuk memproklamasikan kemerdekaannya.
Soekarno, Hatta selaku pimpinan PPKI dan Radjiman Wedyodiningrat sebagai mantan ketua BPUPKI diterbangkan ke Dalat, 250 km di sebelah timur laut Saigon, Vietnam untuk bertemu Marsekal Terauchi. Mereka dikabarkan bahwa pasukan Jepang sedang di ambang kekalahan dan akan memberikan kemerdekaan kepada Indonesia.
10 Agustus 1945
Sementara itu, di Indonesia, Sutan Syahrir telah mendengar berita lewat radio bahwa Jepang telah menyerah kepada Sekutu. Para pejuang bawah tanah bersiap-siap memproklamasikan kemerdekaan RI, dan menolak bentuk kemerdekaan yang diberikan sebagai hadiah Jepang. Syahrir memberitahu penyair Chairil Anwar tentang dijatuhkannya bom atom di Nagasaki dan bahwa Jepang telah menerima ultimatum dari Sekutu untuk menyerah. Syahrir mengetahui hal itu melalui siaran radio luar negeri, yang ketika itu terlarang. Berita ini kemudian tersebar di lingkungan para pemuda terutama para pendukung Syahrir.
12 Agustus 1945
Jepang melalui Marsekal Terauchi di Dalat, Vietnam, mengatakan kepada Soekarno, Hatta dan Radjiman bahwa pemerintah Jepang akan segera memberikan kemerdekaan kepada Indonesia dan proklamasi kemerdekaan dapat dilaksanakan dalam beberapa hari, tergantung cara kerja PPKI. Meskipun demikian Jepang menginginkan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 24 Agustus.
14 Agustus 1945
Saat Soekarno, Hatta dan Radjiman kembali ke tanah air dari Dalat, Syahrir mendesak agar Soekarno segera memproklamasikan kemerdekaan karena menganggap hasil pertemuan di Dalat sebagai tipu muslihat Jepang, karena Jepang setiap saat sudah harus menyerah kepada Sekutu dan demi menghindari perpecahan dalam kubu nasionalis, antara yang anti dan pro Jepang. Hatta menceritakan kepada Syahrir tentang hasil pertemuan di Dalat.
Sementara itu Syahrir menyiapkan pengikutnya yang bakal berdemonstrasi dan bahkan mungkin harus siap menghadapi bala tentara Jepang dalam hal mereka akan menggunakan kekerasan. Syahrir telah menyusun teks proklamasi dan telah dikirimkan ke seluruh Jawa untuk dicetak dan dibagi-bagikan.
Soekarno belum yakin bahwa Jepang memang telah menyerah, dan proklamasi kemerdekaan RI saat itu dapat menimbulkan pertumpahan darah yang besar, dan dapat berakibat sangat fatal jika para pejuang Indonesia belum siap. Soekarno mengingatkan Hatta bahwa Syahrir tidak berhak memproklamasikan kemerdekaan karena itu adalah hak Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Sementara itu Syahrir menganggap PPKI adalah badan buatan Jepang dan proklamasi kemerdekaan oleh PPKI hanya merupakan 'hadiah' dari Jepang.
15 Agustus 1945
Jepang menyerah kepada Sekutu. Tentara dan Angkatan Laut Jepang masih berkuasa di Indonesia karena Jepang telah berjanji akan mengembalikan kekuasaan di Indonesia ke tangan Belanda. Sutan Sjahrir, salah satu tokoh pemuda mendengar kabar ini melalui radio BBC. Setelah mendengar desas-desus Jepang bakal bertekuk lutut, golongan muda mendesak golongan tua untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Namun golongan tua tidak ingin terburu-buru. Mereka tidak menginginkan terjadinya pertumpahan darah pada saat proklamasi. Konsultasi pun dilakukan dalam bentuk rapat PPKI. Golongan muda tidak menyetujui rapat itu, mengingat PPKI adalah sebuah badan yang dibentuk oleh Jepang. Mereka menginginkan kemerdekaan atas usaha bangsa kita sendiri, bukan pemberian Jepang.
Soekarno dan Hatta mendatangi penguasa militer Jepang (Gunsei) untuk memperoleh konfirmasi di kantornya di Koningsplein (Medan Merdeka). Tapi kantor tersebut kosong.
Soekarno dan Hatta bersama Soebardjo kemudian ke kantor Bukanfu, Laksamana Maeda, di Jalan Imam Bonjol. Maeda menyambut kedatangan mereka dengan ucapan selamat atas keberhasilan mereka di Dalat.
16 Agustus 1945
Perundingan antara golongan muda dan golongan tua dalam penyusunan teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia berlangsung pukul 02.00 - 04.00 dini hari. Teks proklamasi ditulis di ruang makan di kediaman Soekarno, Jl. Pegangsaan Timur 56 Jakarta. Para penyusun teks proklamasi itu adalah Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, dan Mr. Ahmad Soebarjo. Konsep teks proklamasi ditulis oleh Ir. Soekarno sendiri. Di ruang depan, hadir B.M Diah Sayuti Melik, Sukarni dan Soediro. Sukarni mengusulkan agar yang menandatangani teks proklamasi itu adalah Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta atas nama bangsa Indonesia. Teks Proklamasi Indonesia itu diketik oleh Sayuti melik. Pagi harinya, 17 Agustus 1945, di kediaman Soekarno, Jalan Pegangsaan Timur 56 telah hadir antara lain Soewirjo, Wilopo, Gafar Pringgodigdo, Tabrani dan Trimurti. Acara dimulai pada pukul 10:00 dengan pembacaan proklamasi oleh Soekarno dan disambung pidato singkat tanpa teks. Kemudian bendera Merah Putih, yang telah dijahit oleh bu Fatmawati, dikibarkan, disusul dengan sambutan oleh Soewirjo, wakil walikota Jakarta saat itu dan Moewardi, pimpinan Barisan Pelopor.
Pada awalnya Trimurti diminta untuk menaikkan bendera namun ia menolak dengan alasan pengerekan bendera sebaiknya dilakukan oleh seorang prajurit. Oleh sebab itu ditunjuklah Latief Hendraningrat, seorang prajurit PETA, dibantu oleh Soehoed untuk tugas tersebut. Seorang pemudi muncul dari belakang membawa nampan berisi bendera Merah Putih (Sang Saka Merah Putih), yang dijahit oleh Fatmawati beberapa hari sebelumnya. Setelah bendera berkibar, hadirin menyanyikan lagu Indonesia Raya. Sampai saat ini, bendera pusaka tersebut masih disimpan di Museum Tugu Monumen Nasional.
Setelah upacara selesai berlangsung, kurang lebih 100 orang anggota Barisan Pelopor yang dipimpin S.Brata datang terburu-buru karena mereka tidak mengetahui perubahan tempat mendadak dari Ikada ke Pegangsaan. Mereka menuntut Soekarno mengulang pembacaan Proklamasi, namun ditolak. Akhirnya Hatta memberikan amanat singkat kepada mereka.
Pada tanggal 18 Agustus 1945, Panitia
Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) mengambil keputusan, mengesahkan dan
menetapkan Undang-Undang Dasar (UUD) sebagai dasar negara Republik Indonesia,
yang selanjutnya dikenal sebagai UUD 45. Dengan demikian terbentuklah
Pemerintahan Negara Kesatuan Indonesia yang berbentuk Republik (NKRI) dengan
kedaulatan di tangan rakyat yang dilakukan sepenuhnya oleh Majelis
Permusyawaratan Rakyat (MPR) yang akan dibentuk kemudian.
Setelah itu Soekarno dan M.Hatta terpilih atas usul dari otto iskandardinata dan persetujuan dari PPKI sebagai presiden dan wakil presiden Republik Indonesia yang pertama. Presiden dan wakil presiden akan dibantu oleh sebuah Komite Nasional.
Isi teks proklamasi :
Isi teks proklamasi kemerdekaan yang singkat ini adalah:
Kami bangsa Indonesia dengan ini menjatakan kemerdekaan Indonesia.
Hal-hal jang mengenai pemindahan kekoeasaan d.l.l., diselenggarakan
dengan tjara seksama dan dalam tempo jang sesingkat-singkatnja.
Djakarta, hari 17 boelan 8 tahoen 05
Atas nama bangsa Indonesia.
Soekarno/Hatta
Di sini ditulis tahun 05 karena ini sesuai dengan tahun Jepang yang kala itu adalah tahun 2605.
Teks diatas merupakan hasil ketikan dari Sayuti Melik (atau Sajoeti Melik), salah seorang tokoh pemuda yang ikut andil dalam persiapan proklamasi.
Sementara naskah yang sebenarnya hasil gubahan Muh. Hatta, A. Soebardjo, dan dibantu oleh Ir. Soekarno sebagai pencatat. Adapun bunyi teks naskah otentik itu sebagai berikut:
Proklamasi
Kami bangsa Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaan Indonesia.
Hal-hal yang mengenai pemindahan kekuasaan d.l.l., diselenggarakan
dengan cara saksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya.
Jakarta, hari 17, bulan 8, tahun 45
Wakil2 bangsa Indonesia.
Setelah itu Soekarno dan M.Hatta terpilih atas usul dari otto iskandardinata dan persetujuan dari PPKI sebagai presiden dan wakil presiden Republik Indonesia yang pertama. Presiden dan wakil presiden akan dibantu oleh sebuah Komite Nasional.
Isi teks proklamasi :
Isi teks proklamasi kemerdekaan yang singkat ini adalah:
Kami bangsa Indonesia dengan ini menjatakan kemerdekaan Indonesia.
Hal-hal jang mengenai pemindahan kekoeasaan d.l.l., diselenggarakan
dengan tjara seksama dan dalam tempo jang sesingkat-singkatnja.
Djakarta, hari 17 boelan 8 tahoen 05
Atas nama bangsa Indonesia.
Soekarno/Hatta
Di sini ditulis tahun 05 karena ini sesuai dengan tahun Jepang yang kala itu adalah tahun 2605.
Teks diatas merupakan hasil ketikan dari Sayuti Melik (atau Sajoeti Melik), salah seorang tokoh pemuda yang ikut andil dalam persiapan proklamasi.
Sementara naskah yang sebenarnya hasil gubahan Muh. Hatta, A. Soebardjo, dan dibantu oleh Ir. Soekarno sebagai pencatat. Adapun bunyi teks naskah otentik itu sebagai berikut:
Proklamasi
Kami bangsa Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaan Indonesia.
Hal-hal yang mengenai pemindahan kekuasaan d.l.l., diselenggarakan
dengan cara saksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya.
Jakarta, hari 17, bulan 8, tahun 45
Wakil2 bangsa Indonesia.
B.
PERBEDAAN PANDANGAN ANTARKELOMPOK DI SEKITAR PROKLAMASI
Berita tentang kekalahan Jepang,
diketahui oleh sebagian golongan muda melalui radio siaran luar negeri. Pada
malam harinya Sutan syahrir menyampaikan berita itu kepada Moh. Hatta. Syahrir
juga menanyakan mengenai kemerdekaan Indonesia sehubungan dengan peristiwa
tersebut. Moh. Hatta berjanji akan menanyakan hal itu kepada Gunseikanbu.
Setelah yakin bahwa Jepang telah menyerah kepada Sekutu, Moh. Hatta mengambil
keputusan untuk segera mengundang anggota PPKI.
Selanjutnya golongan muda mengadakan
rapat di salah satu ruangan Lembaga Bakteriologi di Jalan Pegangsaan Timur,
Jakarta. Rapat dilaksanakan pada tanggal 15 agustus 1945, pukul 20.30 waktu
Jawa. Rapat yang dipimpin oleh Chairul Saleh itu menghasilkan keputusan
“ kemerdekaan Indonesia adalah hak dan soal rakyat Indonesia
sendiri, tak dapat digantungkan pada orang dan negara lain. Segala ikatan dan
hubungan dengan janji kemerdekaan dari Jepang harus diputuskan dan sebaliknya
diharapkan diadakan perundingan dengan golongan muda agar mereka diikutsertakan
dalam pernyataan proklamasi.”
Keputusan rapat itu disampaikan oleh Wikana
dan Darwis pada pukul 22.30 waktu Jawa kepada Ir. Sukarno di rumahnya,
Jl. Pegangsaan Timur 56, Jakarta. Kedua utusan tersebut segera
menyampaikan keputusan golongan muda agar Ir. Sukarno segera memproklamasikan
kemerdekaan Indonesia tanpa menunggu hadiah dari Jepang. Tuntutan Wikana yang
disertai ancaman bahwa akan terjadi pertumpahan darah jika Ir. Sukarno tidak
menyatakan proklamasi keesokan harinya telah menimbulkan ketegangan. Ir.
Sukarno marah dan berkata “Ini leher saya, seretlah saya ke pojok itu dan
sudahilah nyawa saya malam ini juga, jangan menunggu sampai besok. Saya tidak
bisa melepaskan tanggungjawab saya sebagai ketua PPKI. Karena itu saya
tanyakan kepada wakil-wakil PPKI besok”. Ketegangan itu juga disaksikan
oleh golongan tua lainnya seperti : Drs. Moh. Hatta, dr. Buntaran, dr. Samsi,
Mr. Ahmad Subardjo dan Iwa Kusumasumantri.
C.
PENYEBARLUASAN BERITA PROKLAMASI DAN SAMBUTAN RAKYAT
INDONESIA TERHADAP PROKLAMASI KEMERDEKAAN
Ketika Soekarno-Hatta memproklamasikan
Kemerdekaan Republik Indonesia, pemimpin Domei Indonesia Adam Malik dari tempat
persembunyiannya di Bungur Besar menelepon Asa Bafagih dan mendiktekan bunyi
teks proklamasi.
Adam Malik minta agar berita tersebut
diteruskan kepada Pangulu Lubis untuk segera disiarkan tanpa izin Hodohan
(sensor Jepang) sebagaimana biasanya. Perintah Adam Malik itu dilaksanakan
Pangulu Lubis dengan menyelipkan berita proklamasi diantara berita-berita yang
telah disetujui Hodohan yang kemudian disiarkan melalui kawat (morce cast) oleh
teknisi Indonesia, Markonis Wua, dengan diawasi Markonis Soegiarin.
Berita tersebut segera menyebar, dapat
ditangkap di San Fransisco (AS) maupun di Australia.Pemerintah pendudukan
Jepang gempar setelah mengetahui tersiarnya berita kemerdekaan RI.
Semua pagawai Jepang di Domei dimintai pertanggungjawaban. Domei segera membuat berita bantahan proklamasi dengan menyebutnya "salah". Mereka yang ditugaskan membuat bantahan adalah Sjamsuddin Sutan Makmur dan Rinto Alwi dibantu seorang Jepang bernama Tanabe. Dua orang Indonesia itu karena ditentang teman-temannya tidak bersedia membuat berita bantahan sehingga hanya Tanabe sendiri yang membuatnya dan Markonis Wau menyiarkan melalui kawat.
Berita proklamasi kemerdekaan itu kemudian diteruskan ke Radio Republik Indonesia (RRI) yang ketika itu juga dikuasai Jepang dengan nama Hoso Kyoku. Jumat petang 17 Agustus 1945 seorang dari Domei masuk ke RRI dengan cara meloncat dari tembok belakang - karena di depan dijaga ketat oleh serdadu Jepang Kempetai. Ia memberikan secarik kertas dari Adam Malik kepada penyiar Jusuf Ronodipuro.
Jusuf Ronodipuro menyiarkan teks proklamasi itu pada pukul 19:00 WIB dari studio siaran luar negeri yang tidak dijaga Kempetai. Sama seperti di Antara, berita tersebut diselundupkan tanpa sepengetahuan Jepang disiarkan sehingga berita kemerdekaan tersebut semakin meluas jangkauannya, terbukti kemudian berita itu menjadi bahan percakapan dari mulut ke mulut.
Kantor Domei Cabang Surabaya merupakan kantor cabang pertama yang melepaskan diri dari ikatan Domei Pusat Jakarta.Di Semarang, berita proklamasi dari Domei Jakarta diteruskan kepada penguasa tertinggi Indonesia di sana, Mr. Wongsonegoro yang saat itu menjabat Fuku Shuchookan (Wakil Residen Semarang). Berita itu dibacakan Wongsonegoro dalam sidang pleno dan mendapat tanggapan meriah lalu disebarluaskan kepada masyarakat sampai ada berita bantahan dari Domei.
Menyerahnya Jepang kepada Sekutu membuat orang-orang Jepang di Domei Semarang kehilangan gairah kerja. Sebaliknya orang-orang Indonesia sangat bergairah bahkan mengambil alih dan menguasai kantor berita Domei..
Jepang melarang penyebarannya karena berita tersebut dikirim dari Jakarta tanpa melalui izin Sendenbucho atau Kepala Barisan Propaganda Jepang. Meski Jepang lebih ketat melakukan pengawasan terhadap penyebaran berita tersebut, berita proklamasi tetap dapat sampai ke meja redaksi surat kabar dan radio Jepang Bandung Hoso Kyoku atau Radio Nirom pada zaman Belanda, Harian Tjahaja dan Soeara Merdeka. Kejadian serupa juga terjadi di Yogyakarta maupun di daerah-daerah lainnya. Semua merupakan perjuangan Antara dalam menyiarkan teks proklamasi.
Semua pagawai Jepang di Domei dimintai pertanggungjawaban. Domei segera membuat berita bantahan proklamasi dengan menyebutnya "salah". Mereka yang ditugaskan membuat bantahan adalah Sjamsuddin Sutan Makmur dan Rinto Alwi dibantu seorang Jepang bernama Tanabe. Dua orang Indonesia itu karena ditentang teman-temannya tidak bersedia membuat berita bantahan sehingga hanya Tanabe sendiri yang membuatnya dan Markonis Wau menyiarkan melalui kawat.
Berita proklamasi kemerdekaan itu kemudian diteruskan ke Radio Republik Indonesia (RRI) yang ketika itu juga dikuasai Jepang dengan nama Hoso Kyoku. Jumat petang 17 Agustus 1945 seorang dari Domei masuk ke RRI dengan cara meloncat dari tembok belakang - karena di depan dijaga ketat oleh serdadu Jepang Kempetai. Ia memberikan secarik kertas dari Adam Malik kepada penyiar Jusuf Ronodipuro.
Jusuf Ronodipuro menyiarkan teks proklamasi itu pada pukul 19:00 WIB dari studio siaran luar negeri yang tidak dijaga Kempetai. Sama seperti di Antara, berita tersebut diselundupkan tanpa sepengetahuan Jepang disiarkan sehingga berita kemerdekaan tersebut semakin meluas jangkauannya, terbukti kemudian berita itu menjadi bahan percakapan dari mulut ke mulut.
Kantor Domei Cabang Surabaya merupakan kantor cabang pertama yang melepaskan diri dari ikatan Domei Pusat Jakarta.Di Semarang, berita proklamasi dari Domei Jakarta diteruskan kepada penguasa tertinggi Indonesia di sana, Mr. Wongsonegoro yang saat itu menjabat Fuku Shuchookan (Wakil Residen Semarang). Berita itu dibacakan Wongsonegoro dalam sidang pleno dan mendapat tanggapan meriah lalu disebarluaskan kepada masyarakat sampai ada berita bantahan dari Domei.
Menyerahnya Jepang kepada Sekutu membuat orang-orang Jepang di Domei Semarang kehilangan gairah kerja. Sebaliknya orang-orang Indonesia sangat bergairah bahkan mengambil alih dan menguasai kantor berita Domei..
Jepang melarang penyebarannya karena berita tersebut dikirim dari Jakarta tanpa melalui izin Sendenbucho atau Kepala Barisan Propaganda Jepang. Meski Jepang lebih ketat melakukan pengawasan terhadap penyebaran berita tersebut, berita proklamasi tetap dapat sampai ke meja redaksi surat kabar dan radio Jepang Bandung Hoso Kyoku atau Radio Nirom pada zaman Belanda, Harian Tjahaja dan Soeara Merdeka. Kejadian serupa juga terjadi di Yogyakarta maupun di daerah-daerah lainnya. Semua merupakan perjuangan Antara dalam menyiarkan teks proklamasi.
D.
PROSES TERBENTUKNYA NEGARA DAN PEMERINTAHAN REPUBLIK
INDONESIA
Pada
tanggal 18 Agustus 1945 Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI)
menyelenggarakan siding untuk pertama kali yang dipimpin oleh Ir. Soekarno.
Dalam sidang PPKI itu dibahas berbagai persoalan untuk melengkapi keberadaan
negara Republik Indonesia yang baru diproklamasikan. Bahkan materi yang dibahas
dalam sidang PPKI itu merupakan kelanjutan dari sidang BPUPKI tanggal 10 – 16
Juli 1945. Dalam sidang PPKI itu berhasil diambil suatu keputusan yang sangat
penting bagi pemerintahan negara Republik Indonesia yang baru berdiri.
Keputusan yang berhasil dicapai dalam sidang PPKI adalah sebagai berikut.
a. Mengesahkan rancangan undang-undang
dasar negara yang dibahas dalam sidang BPUPKI menjadi Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia. Selanjutnya Undang-Undang Dasar itu lebih dikenal
dengan istilah Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945).
b. Memilih dan mengangkat Presiden dan
Wakil Presiden sebagai pelaksana pemerintahan yang sah dari Negara Republik
Indonesia yang baru berdiri. Selanjutnya PPKI memilih dan mengangkat Ir.
Soekarno sebagai Presiden serta Drs. Moh. Hatta sebagai Wakil Presiden.
c. Membentuk Komite Nasional
Indonesia sebagai lembaga yang membantu Presiden dalam melaksanakan
tugas-tugasnya sebelum terbentuknya Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) melalui pemilihan
umum (pemilu).
Sidang PPKI tanggal 18 Agustus 1945 berjalan dengan lancar
dan berhasil membentuk serta mengesahkan UUD 1945, memilih dan mengangkat
Presiden dan Wakil Presiden serta membentuk Komite Nasional Indonesia (KNI).
Dengan demikian, sejak tanggal 18 Agustus 1945, yaitu sehari setelah Indonesia
merdeka, negara Republik Indonesia telah memiliki system pemerintahan yang sah
dan diakui oleh seluruh rakyat Indonesia.
HASIL PERJUANGAN DIPLOMASI
n Perjanjian Linggarjati (25 Maret 1947)
Ø Belanda mengakui kedaulatan RI
secara de facto atas wilayah Jawa, Sumatera, dan Madura dan harus
meninggalkan daerah de facto paling lambat 1 Januari 1949
Ø Pemerintah RI dan Belanda
bersama-sama membentuk negara federasi bernama Republik Indonesia Serikat
Ø Republik Indonesia Serikat
tetap mengikat diri dalam ikatan kerjasama dengan kerajaan Belanda, dengan
wadah Uni Indonesia-Belanda yang diketuai oleh Ratu Belanda
ý Perjanjian Renville (17 Januari 1948)
Ø
Belanda
tetap berdaulat atas seluruh wilayah Indonesia, dan berakhir setelah
kedaulatannya diserahkan kepada Republik Indonesia Serikat (RIS)
Ø RIS mempunyai kedudukan
sejajar dengan negara Belanda dalam Uni Indonesia-Belanda
Ø
RI
merupakan bagian dari RIS
Ø
Daerah RI
yang diduduki Belanda sebagai hasil Agresi Militer I, harus diakui sebagai
daerah pendudukan Belanda
Ø
Pasukan RI
yang berada di daerah kantong ( daerah pendudukan Belanda) harus ditarik ke
daerah Republik Indonesia
ý Perjanjian Roem-Royen (7 Mei 1949)
Ø
Penghentian
tembak menembak antara Indonesia-Belanda
Ø Pengembalian pemerintahan Republik Indonesia ke
Yogyakarta
Ø Pembebasan para pemimpin RI
yang ditahan Belanda
Ø Segera diadakan Konferensi
Meja Bundar (KMB) di Den Haag, Belanda
ý Konferensi Meja Bundar (KMB)
(2 November 1949)
Ø Belanda mengakui Republik
Indonesia Serikat (RIS) sebagai negara yang merdeka dan berdaulat
Ø Penyelesaian soal Irian Barat
akan dibahas satu tahun setelah KMB
Ø RIS sebagai negara yang
berdaulat penuh bekerjasama dengan Belanda dalam suatu perserikatan yang
dipimpin oleh Ratu Belanda atas dasar sukarela dengan kedudukan dan hak yang
sama
Ø
RIS
mengembalikan semua hak milik Belanda, memberikan hak konsesi, dan izin baru
bagi perusahaan-perusahaan Belanda
Ø Semua utang bekas Hindia
Belanda harus dibayar oleh RIS
Ø Dalam bidang militer akan
dibentuk Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat ( APRIS) dengan TNI sebagai
intinya
AGRESI MILITER BELANDA I
21 JULI 1947
21 JULI 1947
Dalih yang digunakan Belanda guna menyerang RI antara
lain :
Ø Membentuk pemerintahan federal
sementara yang akan berkuasa di seluruh Indonesia sampai RIS terbentuk
Ø Membentuk gendarmerie (pasukan
keamanan) bersama yang juga akan masuk
ke daerah RI
Belanda mulai menyerang RI tanggal 21 Juli 1947
dengan menyerang beberapa kota besar al : Jakarta,
Surabaya, Medan, Padang Palembang, dll.
Reaksi Pihak Indonesia :
Menerapkan sistem pertahanan Linier yaitu
dengan mengadakan gerakan defensif (bertahan) secara total
Reaksi dunia Internasional: mengecam tindakan agresi Belanda dan akhirnya
PBB membentuk KTN (Komisi Tiga Negara )yaitu :
Ø Amerika Serikat (Dr. Frank Graham)
Ø Australia
( Richard Kirby)
Ø Belgia (
Paul van Zeeland)
AGRESI MILITER BELANDA II
19 Desember 1948
19 Desember 1948
Disebut juga Aksi
Polisionil yaitu aksi yang dilakukan Belanda dengan tujuan menjaga wilayah
kekuasaannya. Aksi
dimulai dengan menyerang Lapangan udara Maguwo, Yogyakarta. Taktik yang
digunakan Belanda dengan mengadakan serangan kilat atau Blitzkrieg.
Hasil : Kota Yogya dapat dikuasi dan para
pemimpin RI dapat di tawan ( Soekarno, Hatta, H. Agus Salim).
Reaksi pihak RI :
A. Bidang Militer
Menghadapi serangan Belanda, TNI menerapkan taktik Pertahanan
Rakyat Semesta yaitu Perang gerilya
secara total deangan cara menyebarkan kekuatan di seluruh wilayah yang disebut
kantong-kantong perlawananan dijabarkan dalam
Perintah Kilat no.1 tgl 12 Juni 1948 dari Jenderal Sudirman yang
berisi antara lain :
1. Kita telah diserang oleh
Belanda dengan menyerang Yogyakarta dan
LapanganTerbang Maguwo
2. Pemerintah Belanda telah
membatalkan persetujuan gencatan senjata
3. Semua angkatan perang
menjalankan rencana yang telah ditetapkan untuk menghadapi serangan tersebut
Juga dibentuk adanya struktur pemerintahan militer antara
lain :
n Markas Besar Komando Djawa (MBKD)
berpusat di Kepurun, Manisrenggo,
Klaten dibawah pimpinan Kolonel AH. Nasution
n Markas Besar Komando Sumatera (MBKS) berpusat di Medan, Sumatera
Utara dipimpin Kolonel Hidayat
Tugas : Melaksanakan pemerintahan militer
dan merencanakan perlawanan bersenjata terhadap Belanda
Taktik yang digunakan
o
Wingate
yaitu gerakan untuk melakukan penyusupan ke dalam wilayah musuh
o Wehrkreise ( dari kata wehr
“perlawanan” dan kreise“lingkaran” ) artinya membentuk
daerah-daerah perlawanan yang tersebar
dibanyak tempat sehingga kekuatan
Belanda terpecah-pecah dalam daerah
perlawanan yang luas
Hasil :
Dalam serangan Umum 1 Maret 1949 TNI mampu menguasai kota Yogya selama 6 Jam
yang secara taktik militer TNI dapat mengalahkan Belanda dengan menguasai Yogya
selama 6 Jam dibawah pimpinan Letkol Soeharto (Komandan Wehrkreise III/Brigade
X Yogyakarta
B. Bidang Politik
Untuk tetap menjaga kelangsungan pemerintahan RI,
dibentuklah :
1. Pemerintah Darurat Republik
Indonesia (PDRI) dibentuk 19 Desember 1948 berpusat di Bukittinggi, Sumatera Barat
dipimpin Mr. Syafruddin Prawiranegara ( Menteri Kemakmuran )
2. Jika gagal maka membentuk Pemerintahan
Republik Indonesia di India dibawah pimpinan Mr. AA.Maramis (Menteri
Keuangan), LN Palar dan dr. Sudarso
Konflik Indonesia-Belanda
Menyangkut Masalah Papua
Menyangkut Masalah Papua
A. Perjuangan Diplomasi
Usaha-usaha yang ditempuh antara lain
:
- Kabinet Ali Sastroamidjojo I Membawa masalah Irian Barat ke forum PBB namun belum berhasil
- Kabinet Burhanuddin Harahap Membawa masalah Irian Barat dalam Sidang Majelis Umum PBB namun juga gagal
Alasan : Belanda menyatakan masalah Ir-Bar adalah
masalah bilateral Indonesia-Belanda sehingga harus diselesaikan melalui Uni
Indonesia-Belanda
- Kabinet Ali Sastroamidjojo II Membatalkan seluruh isi persetujuan dalam KMB yang diikuti dengan pembentukan Propinsi Irian Barat ( 17 Agustus 1956) dengan ibukota di Soa Siu, Tidore serta mengangkat Zainal Abidin Syah sebagai gubernur
B. Konfrontasi Ekonomi
Pihak Indonesia memutuskan segala aktivitas hubungan
perekonomian yang berkaitan dengan Belanda dengan cara :
1)
18 Nopember 1957 diadakan rapat umum di jakarta yang
dilanjutkan dengan aksi mogok para buruh yang bekerja di perusahaan-perusahaan
Belanda pada 2 Desember 1957
2)
Melarang aktivitas maskapai penerbangan Belanda
(KLM) di wilayah Indonesia
3)
Pengambilalihan aset-aset milik Belanda al :
a.
9 Desember 1957 Bank Escompto
diambil alih oleh pemerintah
RI
b. Perusahaan Perkebunan
Belanda ( Netherlandsche Handel Maatschappij /NHM) diambil alih dan
diganti menjadi Bank Dagang Negara
c.
Percetakan De Unie diganti menjadi percetakan negara
(
Diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 23 tahun 1958)
C. Upaya Militer
Pada 19 Desember 1961 dikeluarkan TRIKORA ( Tiga Komando
Rakyat ) yang berisi :
Ø Gagalkan pembentukan Negara Papua bikinan
kolonial Belanda
Ø Kibarkan
Sang Merah Putih di Irian Barat Tanah Air Indonesia
Ø Bersiaplah untuk mobilisasi umum
mempertahankan kemerdekaan
dan kesatuan tanah air Indonesia
Realisasi TRIKORA : Dibentuk Komando Mandala Pembebasan Irian Barat
pada 2 Januari 1962. Tugas-tugas
Komando Mandala :
Ø Merencanakan, mempersiapkan dan menyelenggarakan
operasi-operasi militer dengan tujuan pengembalian wilayah propinsi Irian Barat
dalam wilayah NKRI
Ø Mengembangkan situasi di
wilayah Irian Barat sesuai dengan taraf
perjuangan diplomasidan
dalam waktu yang singkat agar di wilayah Irian Barat dapat diciptakan de
facto wilayah-wilayah yang
bebas/didudukkan unsur kekuasaan pemerintahan RI
Fase-fase dalam Operasi
Komando Mandala
Ø Fase
Infiltrasi ( Sampai akhir 1962)
Merencanakan, mempersiapkan dan melaksanakan operasi militer guna
mengembalikan wilayah Irian Barat dengan nama sandi Operasi Jayawijaya
Ø Fase Eksploitasi (
Awal tahun 1963) Mengadakan serangan terbuka terhadap pos-pos musuh
yang penting
Ø Fase
Konsolidasi (Tahun 1964) Mendudukkan kekuasaan RI secara
mutlak di wilayah Irian Barat
PENYELESAIAN MASALAH IRIAN
BARAT
Diselesaikan melalui Persetujuan New York ( 15
Agustus 1962) atas ide dari Ellsworth Bunker ( Diplomat AS) yang berisi antara
lain :
n Belanda akan menyerahkan Irian Barat kepada
Penguasa Pelaksana Sementara PBB atau
UNTEA ( United Nations Temporary Executive Authority) pada 1 Oktober
1962
n Pada 1 Oktober 1962 akan
berkibar bendera PBB dengan Belanda dan kemudian diturunkan pada 31 Desember
1962 untuk digantikan bendera RI dan PBB
n Pemerintahan UNTEA berakhir
pada 1 Mei 1963 yang kemudian diserahkan pada pihak Indonesia
n Selama masa UNTEA, pegawai
Indoneisa akan digunakan sebanyak-banyaknya dan pegawai dan tentara Belanda
dipulangkan selambat-lambatnya 1 Mei 1962
n Tahun 1969, rakyat Irian Barat
akan diberi kesempatan untuk menentukan nasibnya sendiri yaitu bergabung dengan
NKRI atau memisahkan diri
Terimakasih... Materinya sangat bermanfaat...
BalasHapusTerimakasih kak. Jasmerah
HapusTerima kasih sangat membantu, semoga sukses selalu
BalasHapusTerimakasih, rangkuman materi sejarah Indonesia kelas XI sangat bermanfaat
BalasHapusthx, berguna banget buat catatan
BalasHapusMaterinya sangat bermanfaat kak, terimakasihh..
BalasHapus